Senin, 20 Juni 2011

the power of Akademi Jenius

By Dahlan (Marketing Manager of SBS Pontianak)

Selayang pandang ………………..
Akademi jenius adalah sebuah komunitas siswa yang ingin mengembangkan kemampuan belajarnya dengan sistem belajar efektif dengan mengoptimalkan kemampuan bahasa Inggris dan aktifitas pembelajar lain sebagai sarana meningkatkan kualitas diri.

Intermezzo sejenak 
# salah siapa??
Keberadaan pendidikan di setiap Negara menjadi salah satu tonggak dalam kemajuan dalam Negara tersebut karena hal ini terkait dengan penciptaan manusia-manusia yang berkualitas
dan pada hakekatnya dapat merubah dunia yang gelap menjadi terang. Menelisik pendidikan yang ada di Indonesia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pendidikan di Negara lain di luar sana, namun ada sedikit perbedaan yang sangat menyesakkan dada bagi yang mendengar maupun yang melihat situasi saat ini. Mengapa demikian?dikarenakan motivasi siswa yang belajar bahkan yang lebih berbahaya lagi tenaga pengajarnya sendiri yang hanya mengharapkan suatu imbalan materiil namun kinerja sangat mengajar sangat minim(hanya sebagian guru yang berperilaku seperti itu tapi dampaknya sangat berbahaya dibandingkan guru yang benar-benar disebut guru). Ketika saya pun sekolah dahulu tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini, yang saya hitung hanya 1 guru saja yang sangat berbeda dari guru-guru yang
lain. 80% dalam kelas bermain games dan selebihnya belajar. Tapi dalam games tersebut pun kita dapat
memperoleh suatu hal baru. Lebih mantap lagi guru saya ini multi talent karena beliau mengajar lebih dari
2 mapel(akidah akhlak, sosiologi, bahasa Indonesia) dan terakhir saya dengar mapel yang diberikan
kepadanya bertambah lagi. Jika ditanya siapa guru favorite, ya, tidak ada guru lain dan rata-rata memilih
guru yang benar-benar guru. Suatu cita-cita SBS untuk mengembangkan kualitas
diri para siswa yang berasal dari sekolah-sekolah yang terpilih dengan persyaratan yang SBS berikan,
guna memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang memiliki kekurangan secara finansial namun
memiliki semangat untuk belajar dan ingin menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Tulisan pertama telah saya jelaskan secara detail mengenai SMKN 1, pada saat itulah AJ pertama yang
saya pimpin. Mengenai apa saja yang terjadi dan dilakukan ketika AJ
dimulai, banyak sekali drama yang terjadi di sana. Mengenai cerita dan
kesan yang terjadi, mari ikuti ceritanya.!!! 

Di tahun 2010 merupakan tahun yang sedikit membingungkan bagi saya karena SBS memberi kesempatan untuk mem”produseri” program AJ yang mana saya sama sekali tidak mengerti apa yang harus yang dilakukan dan apa sebenarnya tujuan dari program ini. Program AJ ditargetkan khusus kepada siswa yang sama sekali tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris. Namun itu bukanlah hal yang terlalu penting untuk diperbincangkan melainkan dibalik itu ada sebuah masalah besar yang berdampak kepada kehidupan dan masa depan bagi siswa itu sendiri yaitu MOTIVASI BELAJAR. Hingga saat ini AJ Pontianak sudah berjalan sebanyak 4 angkatan dan setiap angkatan punya cerita masing-masing yang sulit untuk dilupakan.

Maaf Bang,Sales DILARANG MASUK……..
Di setiap sekolah yang saya datangi saya selalu berusaha dan membiasakan untuk sopan santun
ketika melangkahkan kaki saya pada pintung gerbang yang selalu disambut secara beragam oleh Pak
satpam. Dan dalam penampilan pun saya terbilang cukup rapi(dengan sepatu ventofel mengkilap, baju
kemeja panjang yang rapi serta celana hitam yang legam) membuat saya sangat PD sehingga pada
pertemuan saya denga penjaga maupun guru Piket ada beragam respon. Ada yang begitu, sangat dan
paliiiiiing baik ketika senyuman saya dibalas dan tidak sungkan-sungkan jika ada snack atau cemilan
diberikan kepada saya, dan ada pula yang paling, sangat pahit mukanya(hehe, saking gemesnya)
melihat saya datang. Bahkan ada yang bertanya pada saya “mau jualan apa bang?, disini tak boleh
jualan.(mengingat ini penulis tertawa terbahak mengingat kejadian itu).
Apa??? Tidak percaya saya!!!
Mungkin hanya satu-satunya lembaga *“training” bahasa Inggris yang memberikan beasiswa belajar
secara gratis dengan masa belajar yang ditentukan. Itu lah yang membuat salah satu guru(beliau
menjabat Waka kesiswaan) salah satu sekolah yang berpindah karena sekolah tersebut mengalami
musibah ditahun 2007 dan menjadi salah satu kiblat olahraga di Kalbar karena sekolah yang focus dan
mengembangkan minat bakat siswa dari sisi olahraganya tersebut. Dari percakapan saya dengan
guru yang bersangkutan yang sebelumnya saya melihat bapak tersebut berbincang dengan tamunya
yang terlebih dulu datang. Saya pun memberikan surat penawaran, tidak lama bapak itu bertanya pada
saya “ini beasiswa apa? Baru tau saya ada beasiswa seperti ini, beasiswa belajar atau dikasih
duit?”tangkasnya. “saya tak percaya dengan penawaran ini nih” lanjutnya seraya keluar dari
kantornya menuju ke ruang staf. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya???hiks_hiks_hiks…
Itulah sekelumit kisah yang sebenarnya ketika awal kejadian membuat serasa tidak ingin terulang bahkan
tidak mau menginjakkan kaki untuk yang kedua kalinya di sekolah yang memberikan “service” seperti
itu. Namun semua baru terasa setelah beberapa lama kemudian bahwa jika kesempatan tersebut tidak
diberikan saya mungkin lain cerita saat ini.

Mengapa kami yang dipilih???
Salah satu anak rektutmen untuk Akademi Jenius di SBS Pontianak. Setiap perekrutan AJ baru dan setelah mengisi biodata selengkap-lengkapnya dan setelah mengikuti tes yang disediakan oleh instruktur. Salah satu
kewajiban yang kami buat adalah memberikan “suntik motivasi” atau training mengenai ke-SBS-an
yaitu penjelasan cara belajar ala SBS, dan optimalisasi otak kanan & kiri, serta revolusi belajar.
Sering saya katakan ketika saya menjadi pembicara di sesi training yang begitu saya sangat tekankan
kepada siswa dari sebuah pertanyaan ialah “pernahkah kalian berpikir sebelumnya atau bertanya
pada diri kalian sendiri mengapa yang dipilih oleh guru dari 200-an siswa disekolah untuk mengikuti
kegiatan Akademi Jenius(AJ)

Training = “cuci otak”
Diatas saya katakan bahwa training merupakan sarana SBS untuk “suntik motivasi” atau yang lebih
extreme yaitu sarana “cuci otak” dalam pembenaran cara belajar yang selama ini bersifat kaku atau
monoton, serta cenderung siswa saat ini less initiative dalam proses belajar mengajar. Maklum
pada saat itu saya sangat bernafsu sekali menjadi trainer disalah satu lembaga training terkemuka di
Kalbar, yang membuat saya menawarkan diri saya sendiri untuk “mencuci otak” mereka. dan agenda
rutin tersebut bersifat wajib kepada calon siswa AJ baru untuk membentuk pola pikir sesuai dengan apa
yang menjadi harapan atau cita-cita SBS yaitu belajar menyenangkan.

Cara belajar ala SBS
Materi yang disampaikan haruslah materi yang mereka sangat butuhkan dan bersifat sangat teknis
mengenai cara belajar yang benar dan efektif sesuai dengan SBS punya haa’(chiness style). Disampaikan
dengan model presentasi interactive dengan tujuan untuk membuat mereka tidak segan bertanya dengan
nuansa keakraban sebagai abang dan adik. Sehingga suasana yang dirasakan sangat hangat dan terkesan
tidak beku dengan perjumpaan pertama bersama para Instruktur. Menjadi sangat penting kiranya dan memang sebuah tujuan kita untuk mencetak kader-kader SBS yang ditargetkan tersebar di setiap sekolah di Indonesia.
Dan saya tidak hanya omong kosong belaka, saya telah membuktikan selama AJ yang diadakan selama
± 1 tahun belakangan ini. Selama itu pula banyak ha yang terjadi karena adanya SELEKSI ALAM.

Leverage, the main factor
Bermula dari ketidaktahuan mengenai program AJ, tujuan serta apa yang harus dilakukan membuat bulu
kuduk “tegang”. Selain itu materi, pengajar serta yang membimbing mereka continuously padahal
bahasa Inggris saya cukup terbilang low. Namun training yang disampaikan sangat saya percayai
menjadi tonggak perubahan dari siswa meskipun tidak secara holistic. Menurut saya, perubahan siswa
tidak secara holistic tidak menjadi sebuah masalah besar melainkan masalah besar adalah jika tidak
menyediakan sebuah tempat perubahan itu sendiri.
Di situlah kita butuh sebuah daya ungkit untuk perubahan, apakah daya ungkitnya berskala besar
ataupun kecil tidak menjadi masalah namun adanya sebuah usaha untuk berubah yang dihitung oleh Allah
sebagai sebuah proses perubahan. kita tidak membutuhkan pengamat atau ahli jika hanya pandai
mengkritik tapi tidak berbuat apa-apa, yang kita butuhkan adalah orang-orang punya tujuan yang
sama untuk menciptakan generasi yang memutus rantai generasi saat ini.
Faktor leverage(daya ungkit) jelas dibutuhkan saat ini, semakin banyak system pembelajaran yang
inovatif serta berbeda yang sesuai dengan apa yang telah dilakukan SBS merubah paradigm belajar yang
menyenangkan dari sebelumnya belajar menjadi momok yang tidak pernah habis. Di program AJ lah
siswa mulai distimulus guna mengalihkan pemikiran“thinking in the box” menjadi “thinking out the box”
seperti halnya kami di kelas AJ tidak pernah mengatakan besok materi yang akan disampaikan
adalah ini,ini dan ini melainkan surprise materi untuk merangsang rasa curiosity siswa akan materi yang
akan disampaikan berikutnya. “They” need little different to be great person
“they” adalah siswa AJ yang mana didominasi oleh siswa SMA swasta ataupun siswa dari sekolah negeri.
Disetiap pertemuan mereka seperti anak-anak yang membutuhkan sesuatu yang berbeda, seperti cara
belajar yang berbeda, treatment(cara pengajaran) yang berbeda, namun maksud kami adalah bukanlah
sesuatu yang muluk-muluk atau haruslah hal yang besar, yang dimaksud disini adalah berikan sesuatu
yang unik guna mendapatkan perhatian mereka serta menjadi stimulus dalam belajar yang menyenangkan.
Sebelum itu sangat perlu digaris bawahi yaitu instruktur lebih dulu mengetahui karakter dasar
siswa(psikologi). Dampaknya minimal membuat siswa merasa akan sangat sayang meninggalkan 1 kelas pun
yang SBS adakan. *intermezzo
Kelas akademi jenius sebenarnya merupakan kelas untuk membuat cara mengajar saya menjadi lebih
tajam karena secara dominan saya lah yang mengajar di kelas ini, menjalankan kurikulum serta menambah
hal-hal yang masih kurang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehingga dapat dikatakan kelas ini menjadi
bahan penelitian saya guna mengenal kehidupan dan mendengar keluhan siswa ketika di kelas(sekolah).
Most of them, di sekolah merasa “terpenjara” pemikiran serta pendapat mereka, terkesan kaku dan
tidak menerima hal-hal yang berbeda Karena sudah ada rambu-rambu yang mengatur sedemikian rupa,
perlu orang-orang/pengajar yang kuat untuk mendobrak tradisi @

Tidak ada komentar:

Posting Komentar